
Mengapa Perlu Punya Penghasilan Sampingan?
Sebutlah namanya Budi. Seorang senior manager perusahaan multinasional bergaji 80 juta rupiah per bulan. Menikah, punya rumah bagus, mobil mewah, 2 anak yang bersekolah di sekolah internasional, istri cantik yang setia. Hidup tampak sempurna. Sampai suatu ketika Covid-19 menghantam seluruh dunia. Hidup Budi jungkir balik. Perusahaana tempatnya bekerja melakukan PHK di seluruh dunia. Budi kehilangan pekerjaanya. Budi memang punya tabungan, tapi skill yang dimiliki di kantornya adalah soft skill, managerial skills.
Dengan kata lain, skill yang tak bisa langsung menghasilkan uang. Ia mencoba melamar kerja kesana kemari. Tapi tak ada lowongan yang terbuka. Skill dan pengalamannya sangat spesifik pada bidang tertentu. Sulit diterapkan di tempat lain. Belum lagi usia yang terus bertambah. Bertahun-tahun dia mencoba dan mencoba. Tapi terus menerus gagal dan gagal lagi.
Pada akhirnya hobi sang istri memasak kue yang menghasilkan uang. Budi yang dulunya seorang manager bergaji tinggi, kini bekerja di dapur dengan sang istri. Karena skill seorang senior manager tak bisa dipakai didapur. Tak bisa dipakai untuk langsung menghasilkan uang. Maka Budi dengan segala kerendahan hati harus belajar lagi.
Gaya hidup berubah total. Tak ada lagi anak-anak yang bersekolah di sekolah internsional. Tak ada lagi mobil mewah. Cicilan rumah mewah tak bisa lagi dibayar dan harus dijual. Tapi syukur hidup masih bisa berlanjut. Syukur masih ada skill memasak kue dari sang istri menjadi dewa penyelamat.
Tapi dia kini jauh lebih bahagia. Karena kini penghasilannya sepenuhnya ada dalam kendali dia dan istrinya. Dia juga menjadi lebih menghargai uang. Selain itu lebih bisa hidup dan bersyukur dengan apa yang ada. Tak lagi mengejar kebahagiaan semu dalam bentuk kemewahan.
Familiar dengan cerita ini? Ini kisah seorang kawan di masa pandemi. Tapi kisah semacam ini selalu berulang. Dalam berbagai versinya. Karena memahami cerita inilah saya tetap dan terus membangun usaha. Walaupun digaji sangat layak dan diberi fasilitas yang bagus. Karena paham hal ini jugalah saya tetap menjaga skill teknis seperti pemrograman dan terus mengasah skill digital marketing.
Bagi saya, skill pemrograman, Bahasa Inggris, desain web, dan skill memasak istri saya adalah skill-skill yang menyelamatkan keuangan keluarga kami ketika dihantam bencana finansial. Goncangannya sangat terasa, tapi tak membuat kami sekeluarga ambruk. Karena semua skill tadi dengan cepat bisa saya ubah menjadi sumber penghasilan baru.
Pentingnya Penghasilan Sampingan
Cerita diatas dengan jelas menggambarkan betapa pentingnya punya penghasilan cadangan. Bukan sekedar tabungan. Seorang perencana keuangan biasanya akan menyarankan untuk punya tabungan sebesar 2 tahun biaya hidup keluarga. Ini akan berguna dalam keadaan darurat disaat kehilangan pekerjaan. Ini saran yang sangat bagus. Ini standar dalam dunia "Financial Planner"
Tapi percayalah tabungan saja tak akan cukup. Saran tadi mengasumsikan pekerjaan baru akan didapat dalam 2 tahun. Atau sumber penghasilan baru akan hadir dalam 2 tahun. Jujur, ini hal yang sangat saya ragukan di masa kini. Karena faktanya inflasi terus meningkat. Sementara gaji tak banyak meningkat. Maka memiliki tabungan sebesar 2 tahun biaya hidup adalah luar biasa sulit. Selain itu pekerjaan baru tak mudah didapat. Terutama ditengah derasnya penerapan AI saat ini.
Untuk mereka yang berusia dibawah 40 tahun, apalagi bujangan, saran ini mungkin masih masuk akal. Tapi tidak untuk mereka yang sudah berusia 40 tahun keatas apalagi sudah menikah. Itu saran yang sangat tidak aman jika dituruti dengan membabi buta. Itulah faktanya. Jadi sebaiknya bagaimana? Tabungan untuk hidup 2 tahun mungkin betul dan bagus, tapi perlu tabungan lain berupa "Hard skill" untuk hidup. Apa maksudnya?
Artinya selain ada penghasilan normal dari kantor, diperlukan penghasilan lain bersumber dari keterampilan lain atau keterampilan yang sama. Contohnya begini, katakanlah anda seorang HR Manager. Maka dengan menjadi HR manager di suatu perusahaan anda akan menerima gaji bulanan. Tapi jika menjadi konsultan HR anda akan dibayar atas "Skill HR" anda. Dan ini dua hal yang sangat berbeda. Yang pertama anda adalah pekerja. Sedangkan yang kedua, anda adalah seorang pengusaha.
Sebagai HR Manager anda hanya perlu skill HR, tapi sebagai Konsultan HR anda akan perlu skill marketing dan pastinya "Consulting skill". Suka atau tidak anda juga akan perlu skill lain seperti operasional, keuangan dan lain-lain. Ini hanya satu contoh. Semakin rumit usaha sampingan yang anda bangun maka akan semakin kompleks pula skill yang perlu anda kuasai.
Penghasilan sampingan semacam ini sangat besar manfaatnya. Salah satu rekan saya adalah seorang konsultan HR di 8 perusahaan berbeda. Dia tak perlu lagi bekerja sebagai HR Manager. Dengan usahanya pula dia bisa mengatur waktu untuk keluarganya. Semua ini dibangunnya dari saat dia masih bekerja sebagai HR Manager.
Tentu banyak tantangan dalam prosesnya. Tapi saya melihat apa yang dia lakukan sudah dalam arah yang benar. Dia hanya perlu membangun organisasi "Konsultannya" dengan lebih baik. Tak perlu lagi khawatir kalau tempat kerjanya tutup, atau ikut terkena PHK.
Dengan demikian, memiliki penghasilan sampingan itu luar biasa pentingya. Itu kalau anda tergerak dengan tulisan ini. Kalaupun tidak, alam akan memaksa anda untuk bergerak. Karena kehilangan penghasilan itu pasti. Suatu saat pasti akan terjadi. Entah karena PHK ataupun karena pensiun. Maka millikilah penghasilan sampaingan dari sekarang.
Dengan kata lain untuk anda yang berpegang pada uang pensiun atau pesangon raksasa, saran ini juga bisa diterapkan. Karena pesangon sebesar apapun, uang pensiun sebesar apapun, tanpa sumber penghasilan baru akan habis dengan cepat.
Benar apa yang dikatakan Jendral Douglas Mac Arthur, seorang jendral Amerika di Pasifik dalam Perang Dunia II saat melawan Jepang dia mengatakan
Kekayaan dan kekuasaan itu semuanya datang dari dalam diri sendiri
Semuanya memang kembali ke diri sendiri.
Photo By: Kaboompics.com