
Bagaimana Biar Bisa Konsisten?
Ada sebuah kutipan yang berbunyi begini
Complexity is the enemy of execution
Terjemahan bebasya kurang lebih "Kerumitan adalah musuh dari pelaksanaan". Itu terjemahannya. Tapi agar lebih mudah diterapkan saya mengubahnya menjadi begini
Rumit itu musuhnya konsistensi
Maka itu menjadi lebih mudah dipahami. Karena itulah yang saya pahami.
Manakala anda berencana untuk melakuan sesuatu yang rumit, maka sangatlah sulit untuk melakukannya dengan konsisten. Apalagi dalam jangka panjang.
Sederhanakan, sederhanakan, sederhanakan.
Tantangannya disini adalah definisi dari sederhana dan rumit itu sendiri. Bagi saya menulis 500 artikel kata untuk blog itu sederhana dan mudah sekali. Tapi bagi yang tak terbiasa dengan dunia tulis menulis ini akan terasa luar biasa berat. Bagi orang tertentu membuat posting di Instagram dengan Canva terasa sederhana, sangat mudah dan menyenangkan. Bagi orang lain mungkin akan terasa seperti seleksi masuk Kopassus.
Dengan memilih untuk memulai melakukan yang mudah dilakukan maka konsistensi jauh lebih mudah dicapai. Lalu bagaimana caranya agar tak rumit? Jawabannya sederhana saja. Pecah pekerjaan yang rumit menjadi bagian-bagian yang lebih sederhana. Lalu dari pecahan-pecahan itu lakukan hal yang termudah yang bisa dilakukan dengan konsisten. Atau bisa juga serahkan kepada orang lain yang lebih mampu. Tentu cara ini akan memerlukan biaya tambahan.
Contohnya bila anda tak bisa menulis, anda bisa membayar jasa penulis atau menggunakan AI untuk menulis. Hasilnya bisa di posting sebagai artikel dalam blog. Atau menggunakan jasa profesional untuk membuat posting Instagram. Cara lain yang lebih sederhana misal sebagai berikut.
Buatlah tulisan singkat di Thread atau X kemudian posting. Ini contoh memecah proses menulis yang kompleks menjadi pecahan-pecahan kecil yang lebih sederhana. Lalu lakukan dengan konsisten. Inilah dua contohnya dalam menyederhanakan kompleksitas agar bisa konsisten.
Tujuan yang jelas dan kuat itu penting.
Konsistensi sejatinya bukan hal yang aneh. Kita semua melakukan hal yang jauh lebih rumit dengan konsisten. Anak anda berangkat ke sekolah dan belajar setiap hari itu konsistensi. Anda berangkat bekerja ke kantor setiap hari itu juga konsistensi.
Kedua contoh ini tak selalu sederhana dan menyenangkan. Seringkali rumit atau malah kadang menyakitkan. Tapi toh tetap harus dilakukan dengan konsisten. Yang membuat konsistensi menjadi susah atau berat adalah manakala hasil yang diharapkan tak terlalu jelas. Atau tak adanya sanksi bila tak konsisten.
Inilah yang membuat konsitensi menjadi berat untuk dilakukan. Untuk contoh kasus ke sekolah dan kekantor tadi sanksinya sudah jelas. Anak anda mungkin tak naik kelas bila tak konsisten. Dan anda bisa dipecat dari pekerjaan bila tak ke kantor dengan konsisten.
Jadi agar bisa konsisten diperlukan satu syarat dasar yang mutlak. Yaitu adanya tujuan, goal, target, atau rasa takut yang ingin dihindari. Kehilangan sumber penghasilan adalah rasa takut yang sangat kuat dan layak sebagai alasan untuk mulai membangun usaha cadangan. Apapun itu milikilah tujuan yang jelas. Lebih baik jika bersifat emosional. Lebih emosional lebih baik.
Khawatir kehilangan pekerjaan adalah salah satu contoh yang sangat memotivasi untuk bergerak. Punya rumah mungkin bukan tujuan yang terlalu kuat secara emosional. Tapi rasa bosan tinggal di rumah mertua, atau enggan ribut dengan ipar mungkin bisa menjadi mimpi emosional yang baik.
Bisa juga mimpi bersifat positif. Misalkan rasa bahagia yang timbul saat membayangkan seluruh keluarga kecil berbahagia dan bergembira bersama di rumah baru. Bukan sekedar memimpikan rumah baru milik sendiri. Tapi emosi yang terbawa di dalamnya.
Terus belajar juga bagian dari konsistensi
Tapi konsistensi memiliki satu bahaya disini. Konsisten hanyalah sebuah kebiasaan yang netral. Tapi kebiasaan bisa negatif ataupun positif. Konsisten dengan kebiasaan positif akan memberi hasil positif begitupun sebaliknya. Apa artinya? Jika anda konsisten melakuan hal yang tidak efektif dan tidak produktif, maka hasil dari konsistensi anda akan sangat minim.
Dan ini bisa mendorong anda menjadi frustasi karena hasil yang minim. Maka satu kebiasaan penting untuk menjaga agar konsistensi memberi hasil yang terus menumpuk adalah: kosistensi untuk terus belajar.
Contohnya menulis artikel atau memposting karusel di Instagram adalah konsistensi yang memberi hasil positif. Tapi secara konsisten melihat posting mana yang direspon baik oleh audience dan mana yang tidak akan menjadi pembeda. Atau lihat melihat artikel mana yang di index oleh Google lalu pelajari mengapa. Kemudian secara konsisten belajar memahami beda diantara keduanya. Selanjutnya lakukan perbaikan yang diperlukan berdasarkan itu. Kelak konsistensi semacam pasti ini akan menghasilkan.
Kenyamanan itu penting
Ada satu hal lain yang saya pahami dan berpengaruh besar pada konsistensi. Ini adalah rasa nyaman. Melakukan kegiatan yang tak disukai dengan konsisten selama bertahun-tahun bukanlah hal yang baik. Bahkan mungkin membahayakan. Misalkan anda bekerja di perusahaan yang sangat toksik. Tak sesuai dengan nilai-nilai hidup anda. Tapi terpaksa harus bekerja di perusahaan tersebut. Ini dalam jangka panjang bisa membawa penyakit.
Begitupun membangun usaha dengan konsisten tapi bertentangan dengan hati nurani ini juga bukan hal yang baik. Dalam jangka panjang cenderung akan berakibat tak menyenangkan. Jadi disini rasa nyaman itu ibarat sensor. Sebaliknya bila aktifitas yang dilakukan terasa memberi energi, maka kemungkinan arahnya sudah benar. Agar anda terus bergerak atau mengubah arah.
Cuma jangan kaburkan rasa nyaman-tak nyaman ini dengan rasa malas, takut, khawatir, cemas dan sebagainya. Enggan memposting di IG sebagai bagian dari kegiatan rutin itu bukanlah rasa tak nyaman. Itu rasa malas yang merusak konsistensi. Tapi merasa tak nyaman memposting IG dengan konten berisi caci maki, itu adalah rasa tak nyaman yang memberikan sinyal. Sebaliknya bila kegiatan rutin yang dilakukan terasa memberi energi, maka mungkin sekali anda sudah dijalur yang tepat. Bedanya ada pada konten, alias apa yang di posting.
Disini patokannya bisa banyak hal. Tapi semuanya biasanya berasal dari nilai-nilai yang dianut, pola asuh di keluarga, keyakinan, dan lain-lain. Sudah pasti tiap-tiap orang akan berlainan. Itulah sebanya skill digital marketing itu sangat penting. Karena kegiatannya bisa sama. Misalkan posting di IG, FB atau X setiap hari. Bedanya adalah apa yang diposting. Akan sangat tergantung kepada masing-masing individu. Dan itulah yang memberikan rasa nyaman dan tak nyaman. Dan rasa nyaman adalah bahan bakar untuk bisa terus konsisten dalam jangka panjang.
Mililiki tujuan, sederhanakan, pelajari, lalu lakukan dengan konsisten
Kesimpulannya agar bisa berhasil dalam jangka panjang harus dimulai dengan melakukan hal yang sederhana dan dilakukan secara konsisten dan tingkatkan terus menerus. Hanya itu caranya. Ada contohnya? Banyak!! Hampir semua influencer, selebgram, atau pengusaha digital yang berhasil hari ini dan sudah saya pelajari polanya melakukan hal yang persis sama.
Dan Koe, Gypsyinsneaker, Denny Santoso, Michael Lim, dan Mr Beast, adalah beberapa nama yang mungkin anda tak kenal. Tapi mereka adalah influencer, penulis, pengusaha software as a service. Mereka sangat sukses sebagai pengusaha digital. Dan mereka melakukan semua yang saya tulis disini. Sederhana dan konsisten. Cuma itu caranya.
Orang Jepang menyebutnya dengan satu kata yaitu kaizen. Yang artinya sebuah perbaikan kecil, dan terus menerus. Lakukan kaizen!