
Mitos Bernama "Financial Freedom"
Kalau anda membangun usaha karena bermimpi untuk mencapai financial freedom. Saran saya, berhati-hatilah. Terlebih lagi jika anda mengagunkan rumah anda di bank, menggunakan tabungan, atau meminjam dari keluarga untuk membangun bisnis. Karena dari pengalaman saya, tanpa perhitungan yang tepat, membangun bisnis itu penuh dengan kejutan.
Saya menulis satu artikel sendiri mengenai aspek-aspek yang harus dipertimbangkan dalam bisnis. Sebuah artikel yang menurut saya layak untuk dijadikan satu buku. Tapi apakah benar sebuah bisnis bisa memberikan "Kebebasan finansial"? Jawabannya "Tergantung". Tergantung apa? tergantung sangat banyak hal.
Bahkan kenyataanya, saya lihat banyak pengusaha yang gagal mencapai kebebasan waktu dan kebebasan finansial saat memiliki sebuah bisnis. Yang ada adalah mereka menciptakan pekerjaan baru untuk diri mereka sendiri. Atau menciptakan stress baru untuk diri mereka sendiri. Begitulah kenyataanya. Begitulah yang pernah saya alami dulu. Tapi saya juga belajar tak harus demikian. Karena ada 3 elemen yang harus ada agar sebuah bisnis bisa memberikan kebebasan finansial dan kebebasan waktu
1. Marketing
Kenyataanya jarang sekali seorang pengusaha yang saat baru memulai usahanya memikirkan dengan serius aktifitas marketing ini. Melakukan aktifitas sales iya, mereka sudah dan pasti lakukan, tapi marketingnya tidak. Kalaupun dilakukan sangat tradisional caranya. Tanpa sistematika apapun. Semuanya mendadak, tiba-tiba, sekedarnya saja.
Sudah pasti tanpa aktifitas marketing, tak akan ada penjualan alias sales. Tanpa aktifitas marketing yang sistematik, dan konsisten tak akan ada pelanggan baru yang masuk. Tanpa pelanggan baru, praktis bisnis tak akan tumbuh dan berkembang. Sudah pasti tak akan ada profit.
Marketing dalam hal ini tujuannya jelas: mendatangkan pelanggan baru. Apapun media yang digunakan untuk berpromosi. Apapun caranya berpromosi. Tapi sekali lagi dari pengalaman pribadi, cara terbaik adalah dengan digital marketing. Itu juga alasan mengapa website ini ada.
Saya pernah mendengar iklan radio dari sebuah perusahaan jasa pembuatan website. Perusahaan ini beriklan secara konsisten selama bertahun-tahun di sebuah radio swasta lokal. Selama bertahun-tahun itu pula perusahaan ini secara konsisten menghasilkan pelanggan dari iklannya. Jasanya hanya satu itu: desain web. Usahanya terus berkembang, dari pasar yang sangat spesifik di satu kota di Bali, Kota Denpasar. Inilah contoh aktifitas marketing yang dilakukan dengan konsisten.
Aktifitas marketing yang tepat dan dilakukan dengan konsisten akan mendatangkan pelanggan yang konsisten. Iklan di radio tadi adalah salah satu contohnya. Sebaiknya pelanggan yang kemudian datang diproses oleh elemen berikutnya secara konsisten pula. Yaitu elemen operasional bisnis.
2. Operasional bisnis
Ini elemen kedua yang sudah pasti harus ada dalam sebuah usaha. Operasional dalam hal ini bisa sederhana, bisa juga kompleks. Kompleksitasnya akan berbeda antara pengusaha yang memiliki pabrik, pengusaha restoran, toko pakaian bayi, atau pengusaha warung bubur ayam dengan 10 cabang. Tapi tujuan utama semua elemen ini adalah memberikan pelayanan yang konsisten kepada pelanggan.
Inilah jenis pelanggan pertama dalam bisnis. Pelanggan yang membayar. Karyawan adalah pelanggan kedua. Ini juga tak bisa diabaikan, dan perlu dikelola dengan baik. Sedangkan supplier adalah pelanggan ketiga yang juga harus dilayani dengan baik. Tentu pelanggan keempat adalah pemegang saham perusahaan. Alias pemilik usaha. Jadi elemen operasional bisnis dalam sebuah usaha wajib melayani keempat pelanggan tadi.
Abaikanlah pembayaran ke supplier, hampir pasti layanan anda kepada pelanggan akan terganggu. Atau abaikanlah karyawan anda, bisnis anda akan bubar dengan cepat. Begitu juga jika pelanggan keempat tak dilayani dengan baik, alias rugi terus menerus. Sudah pasti semuanya akan bubar. Tapi terlalu banyak pengusaha yang mengabaikan pegawai dan supplier. Hanya peduli pelanggan pertama dan keempat. Ini ujungya juga pusing atau bisnis yang berantakan. Kalaupun profit.
Operasioanal bisnis dalam hal ini bermakna luas. Jadi bukan hanya pelayanan kepada para pelanggan, karyawan, supplier dan pemegang saham. Tapi juga memastikan proses administrasi, tenaga kerja, produksi, dan keuangan terkendali dengan baik. Tujuan terakhir dan terpenting tentu saja memastikan ada profit yang masuk untuk operasional perusahaan dan pemegang saham.
Sekali lagi mengelola operasional bisnis tidaklah semudah kelihatannya. Semuanya harus dipikirkan dengan baik, setiap masalah harus ditemukan akarnya dan dicari solusi. Tentu saja selanjutnya semua ini harus dipantau, dimonitor dengan elemen trakhir. Elemen Monitoring
3. Pelaporan dan Monitoring
Inilah elemen penting yang paling sering diabaikan oleh seorang pengusaha. Saya cukup beruntung memiliki pengetahun teknis dibidang IT. Ini memungkin saya untuk membangun sistem berbasis IT yang menjadi platform karyawan-karyawan saya dalam melakukan pekerjaanya. Saat itu saya menjadi distributor ban sepeda motor. Dengan ratusan ribu ban sepeda motor, dalam stok di gudang kami, yang meleset hanya 1 saja. Itupun karena salah tempat. Alias tak ada stok yang meleset. Jadi monitoring dan pelaporannya sangat mudah.
Tapi itu usaha distribusi. usaha lain akan memerlukan jenis pelaporan yang berbeda. Tentu hal terpenting yang harus dipantau dan dilaporan adalah arus kas, stok, hutang piutang, penjualan, dan banyak hal lainnya. Termasuk aktifitas marketing dan layanan kepada pelanggan. Semua perlu dilaporkan secara teratur, dan rapi. Tentu ini tergantung dari usaha dan industri yang anda geluti. Jika usaha anda adalah konsultan ISO, anda tentu tak perlu laporan stok. Tapi anda akan pasti perlu laporan aktfitas pemasaran. Tanpa ini tak akan datang klien baru. Atau mungkin laporan progress aktifitas per klien, memastikan kepuasan para pelanggan.
Sekali lagi, secara sederhana tujuan dari elemen ketiga ini adalah memonitor kinerja dari dari operasional bisnis. Yaitu berupa monitor layanan terhadap keempat tujuan operasional tadi. Pelayanan kepada pelanggan, kepada karyawan, kepada supplier dan terakhir memonitor layanan kepada pemegang saham pastinya.
4. Kontrol
Saat usaha masih kecil, kontrol ini bisa anda lakukan sendiri. Tak perlu menggaji orang atau konsultan hanya untuk kontrol. Sebagai pengusaha, andalah yang harus melakukan kontrol. Tapi disinilah masalahnya, beberapa pengusaha sangat lemah dalam hal kontrol. Kalau begini kondisinya, entah anda harus memaksa diri untuk melakukan kontrol, menggaji orang lain untuk melakukan ini. Atau menerima konsekuensinya.
Saya beberapa kali melihat kasus pengusaha yang kontrolnya sangat lemah, sehingga kerugian yang terjadi luar biasa besar karena lemahnya kontrol. Tapi apa yang dikontrol? Sederhananya kontrol adalah memastikan apa yang dilaporkan sesuai dengan apa yang ada, atau apa yang dilakukan.
Bila kemudian ditemukan ketidaksesuaian harus segera dilakukan investigasi lebih jauh. Dengan cara ini sebuah perusahaan akan tetap bekerja dalam track yang seharusnya. Entah anda ada ataupun tidak ada.
Auto Pilot
Hanya bila keempat elemen tersebut hadir dan berjalan dengan baiklah, anda bisa mendapatkan kebebasan waktu dan finansial. Kelihatannya sederhana, sekali lagi kelihatannya. Tapi tak berarti ini hal yang mudah. Karena saya tahu ini tidak mudah. Masing-masing elemen tersebut harus dirancang, dipikirkan, dan dilakukan dengan baik. Dimulai dengan sederhana, kemudian terus menerus diperbaiki dan ditingkatkan. Cuma itu caranya, tak ada cara yang lain. Mulai dengan sederhana.
Selain itu setiap industri, dan skala usaha, akan memiliki pola yang berbeda pula. Itulah sebabnya tak pernah ada pola yang pasti untuk keempat elemen diatas. Sebagai pengusaha, andalah yang harus memikirkan caranya. Belum lagi ditahap awal membangun usaha, anda harus melakukan semuanya sendiri.
Ini saja sudah sangat sering membuat seorang pengusaha kehilangan fokus. Akhirnya tenggelam dalam aktifitas bisnis sehari-hari. Menjadi pegawai untuk usahanya sendiri. Bukan lagi menjadi pemilik usaha.
Tapi mau tak mau keempat elemen tersebut harus ada. Harus dibangun dengan sengaja dan sadar secara terus menerus. Jika memang menginginkan kebebasan uang dan waktu.
Terakhir, satu hal yang tak boleh dilupakan, keempat elemen tersebut adalah elemen. Artinya elemen tersebut akan terus bergerak ada atau tidaknya anda. Tapi arah dari gerakan itu datang dari kepemimpinan anda sebagai pengusaha. Nah, ini tak bisa diwakilkan. Anda lakukan sendiri, sembari terus belajar, hingga tiba saatnya anda serahkan pada seorang profesional. Tapi semua ini akan perlu waktu.
Tanpa memiliki keempat elemen ini yang ditingkatkan secara terus menerus. Ditambah kepempinan yang solid. Maka mimpi anda untuk punya kebebasan uang dan waktu akan menjadi mimpi buruk.