![Image of mindset](https://merva.biz.id/media/posts/5/pexels-tima-miroshnichenko-5662849.jpg)
Inilah Langkah Pertama Memulai Usaha, 5 Mindset Wajib
Kalau ada yang pernah mengatakan atau menjanjikan sebuah bisnis mudah dan pasti untung, percayalah anda sedang ditipu. Bisnis tak pernah mudah. Walaupun demikian ada jenis-jenis bisnis tertentu yang secara statistik tingkat keberhasilannya tinggi. Ada juga yang tingkat keberhasilannya rendah.
Lalu bagaimana cara nya kita bisa tahu peluang keberhasilan sebuah bisnis? Bagaimana kita bisa tahu apakah sebuah bisnis akan berhasil atau gagal? Jawabannya: tergantung! Karena tidak pernah ada yang pasti. Tergantung jenis produk atau usaha yang ingin anda bangun. Berikut ini adalah mindset yang wajib dimiliki sebelum melangkah membangun usaha.
Mindset 1: Hindari confirmation bias
Inilah cara berpikir paling mematikan saat membangun bisnis. Jika anda seperti saya, kita akan cendrung melihat hanya hal-hal yang mendukung ide bisnis kita sambil mengabaikan fakta-fakta yang bertentangan.
Misalkan anda ingin membangun warung soto, anda memilih untuk melihat warung soto yang berhasil saja. Dan mengabaikan warung soto yang megap-megap hidup segan mati tak mau. Inilah yang disebut dengan confirmation bias.
Padahal sangatlah penting untuk melihat keduanya. Kita harus belajar dari keduanya. Jangan salah satunya saja. Gagal ataupun berhasil selalu membawa pelajaran. Mark Tilbury seorang pengusaha kaya asal Inggris dalam channel YouTubenya bahkan menganjurkan untuk mencatat kelebihan dan kekurangan dari para pesaing untuk dia jadikan pelajaran agar sukses.
Mindset 2 : Hindari survivorship bias
Mirip dengan yang pertama tapi berbeda. Dalam kasus ini, misal anda survey untuk warung soto di suatu lokasi. Saat melihat di lokasi tersebut belum ada warung soto, anda langsung yakin tempat itu adalah tempat yang baik. Anda tak sadar bahwa di lokasi itu sudah ada 5 warung yang bangkrut sebelumya karena sepi pelanggan. Inilah yang dimaksud survivorship bias. Kedua sisinya harus dilihat agar jangan terjebak. Adakah yang gagal, adakah yang berhasil? Kadang tidak mudah melihat yang gagal, karena seringkali jejaknya tak ada. Tapi menyadari bias ini akan membantu anda untuk melihat dari 2 sisi berbeda.
Mindset 3: Tidak ada pesaing = Tidak ada peluang
Ini berkaitan dengan mindset nomor 2 tadi. Bila tidak ada pesaing, hampir pasti biasanya berarti memang tidak ada peluang. Jadi berhati-hatilah saat membuka tempat usaha di lokasi yang tidak ada pesaingnya. Jangan semangat dulu.
Jika diperhatikan dengan baik, ini akan menjawab mengapa minimarket yang bersaing cendrung berdiri di satu lokasi yang berdekatan. Betul? Inilah penjelasannya. Karena bisa dipastikan bila di suatu lokasi ada banyak usaha sejenis, sangat besar kemungkinannya di lokasi tersebut pasarnya memang ada dan menjajikan. Contoh sederhana lainnya adalah di dekat perkantoran atau pabrik akan selalu ada banyak usaha tempat kos, pengembang perumahan dan warung makan atau restoran. Ya, karena kebutuhannya memang ada.
Mindset 4: Kalau gatal, garuk sendiri.
Ryan Daniel Moran dalam bukunya mengatakan "The best product is the product that solves your own problem". Artinya produk terbaik(untuk dijual) adalah produk yang menyelesaikan masalah anda sendiri. Ini menjelaskan mengapa mereka yang suka makan sate dan gule kambing seringkali akhirnya menjadi yang paling jago memasak sate kambing. Atau mereka yang suka dandan biasanya paling mahir saat berbisnis dibidang busana.
Begitu juga dengan anda. Solusi yang terpaksa diciptakan sendiri karena tak ada solusi yang bisa dibeli sangatlah mungkin merupakan cikal bakal bisnis yang baik.
Apakah produk atau jasa yang anda pasarkan adalah masalah anda sendiri yang ingin anda pecahkan? Jika iya, biasanya peluang berhasil anda akan lebih baik.
Mindset 5: Cobalah berpikir seperti pelanggan.
Ini mindset yang gampang-gampang susah. Tapi sejatinya mirip dengan poin nomor 4 diatas. Cobalah lihat dari sudut pandang pelanggan. Caranya? Uji apapun asumsi anda. Bila anda berbisnis bubur ayam, cobalah lihat dari sudut pandang pelanggan, buat beberapa versi rasa bubur ayam, uji dan lihat versi mana yang disukai pelanggan. Jangan berasumsi. Lihat dan hargai pendapat pelanggan. Seringkali hasilnya mengejutkan.
Saya pernah menjual cendol dalam botol. Saya dan istri menguji beberapa versi terutama kandungan gulanya. Bayangan saya versi yang rendah gula akan disukai. Dibandingkan dengan versi yang banyak gulanya. Yang terjadi adalah yang banyak gula terjual lebih banyak. Orang suka yang banyak gula. Asumsi saya salah. Walaupun menurut saya kalau banyak gula rasanya kurang enak. Tapi itu menurut saya, menurut pelanggan lain lagi.
Uji coba semacam ini bukan kebiasaan yang mudah dilatih. Tapi saat kita terbiasa dan mahir melakukan ini. Banyak masalah yang bisa diselesaikan. Seringkali kita kaku dengan asumsi kita sendiri. Meyakini bahwa apa yang kita buat adalah yang terbaik untuk pelanggan.
Kalau kenyataanya orang tak datang membeli lagi, artinya pembeli tak suka. Sesederhana itu.
Mindset 6: Action, bukan teori!
Kelima mindset diatas adalah panduan untuk melangkah. Bukan alasan untuk tidak mengambil tindakan. Hasil dari mindset diatas seharusnya adalah tindakan yang terukur. Bukan analisa dan analisa yang tidak bergerak kemana-mana. Sekali lagi action, itu yang penting. Tapi action yang berkualitas, bukan ngawur.
Mindset diatas akan mencegah anda masuk ke dalam bisnis tanpa tahu juntrungannya. Tanpa tahu medannya. Sangat banyak pengusaha yang modelnya begini. Mau usaha restoran, langsung sewa tempat bikin restoran, tak lama kemudian bangkrut. Modal habis. Berorientasi pada tindakan itu bagus, tapi tanpa perhitungan matang, anda akan bangkrut dengan cepat.